Ketika Doa Menembus Dinding: Harmoni Barzanji dari Dalam Lapas Bengkalis

Bengkalis, Garda45.com – Dari sela kisi-kisi jendela Masjid Al-Ihsan, cahaya pagi menetes lembut ke lantai yang berkilau lembab oleh embun subuh. Di tengah keheningan itu, lantunan pengajian Barzanji perlahan menggema suara-suara penuh dzikir berpadu dengan gema kayu dan udara, membentuk harmoni spiritual yang menggetarkan ruang suci di balik tembok Lapas Kelas IIA Bengkalis, Jum’at (31/10/2025).

Sebanyak 39 Warga Binaan duduk bersila membentuk lingkaran khusyuk. Tangan mereka sesekali terangkat, mengikuti irama doa yang mengalun seperti gelombang halus. Wajah-wajah yang dahulu keras kini tampak lembut, tersapu cahaya keemasan pagi. Setiap lafaz yang terucap seolah menjadi jembatan menuju ketenangan dan penebusan diri.

Mereka menyimak setiap bacaan dengan penuh perhatian, menundukkan kepala dalam doa, dan membiarkan lantunan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW mengisi ruang batin mereka. “Melalui pengajian ini, saya belajar untuk lebih sabar dan meneladani akhlak Nabi,” ujar salah seorang peserta dengan nada lembut, suaranya nyaris tenggelam dalam irama Barzanji yang terus mengalun.

Kalapas Kelas IIA Bengkalis, Priyo Tri Laksono, menegaskan bahwa kegiatan keagamaan di lingkungan Lapas bukan sekadar rutinitas, melainkan bagian penting dari proses pembinaan yang menyentuh sisi terdalam kemanusiaan.

“Setiap kegiatan keagamaan di Lapas Bengkalis bukan hanya seremonial. Ini adalah ruang bagi mereka untuk menemukan ketenangan batin, memperkuat iman, dan menyiapkan diri menjadi pribadi yang lebih baik. Kami ingin mereka merasakan bahwa perubahan sejati selalu dimulai dari hati,” ujar Priyo

Selama kegiatan berlangsung, suasana masjid tetap tertib dan damai. Petugas Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan (Bimkemaswat) bersama petugas jaga memastikan seluruh rangkaian berjalan aman dan lancar. Di antara lantunan doa, terdengar napas panjang dan bisikan istighfar, menciptakan ritme spiritual yang mengalun lembut bersama cahaya pagi yang kian meninggi.

Priyo menambahkan bahwa kegiatan keagamaan seperti ini merupakan bagian dari program pembinaan rohani yang dijalankan secara konsisten di Lapas Bengkalis.

“Program ini rutin digelar, bukan hanya untuk memperdalam pengetahuan agama, tetapi juga menanamkan disiplin, kesabaran, dan keteladanan. Saya percaya, perubahan sejati lahir dari hati yang ikhlas dan terdidik. Melalui Barzanji, mereka belajar bahwa spiritualitas bisa tumbuh bahkan di balik tembok yang membatasi kebebasan fisik,” jelasnya.

Menjelang siang, lantunan doa perlahan mereda. Cahaya matahari menembus kisi-kisi jendela, menari di atas lantai masjid yang berkilau. Keheningan yang tersisa bukanlah hampa, melainkan ketenangan yang mendalam sebuah refleksi dari perjalanan batin yang tumbuh perlahan di tengah keterbatasan.

“Masjid Al-Ihsan menjadi saksi bahwa kedamaian, perubahan, dan pembinaan karakter dapat tumbuh subur, menembus batas fisik, dan menyentuh setiap hati yang bersedia membuka diri,” tutup Kalapas Bengkalis, Priyo Tri Laksono.**

Komentar