Bengkalis, Garda45.com – Di bawah terik matahari pesisir Bengkalis, hamparan tujuh hektar lahan tampak hijau muda oleh bibit nanas dan ubi yang baru ditanam. Namun yang menjadikannya istimewa bukanlah jenis tanamannya, melainkan tangan-tangan yang menggarapnya, mereka adalah warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Bengkalis.
Inilah wajah baru pembinaan pemasyarakatan di Indonesia: dari ruang-ruang tertutup menuju lahan terbuka, dari hukuman menuju harapan.
Program Asimilasi Pertanian, hasil kolaborasi strategis antara Lapas Kelas IIA Bengkalis dan Pemerintah Kabupaten Bengkalis, dirancang bukan sekadar sebagai kegiatan produktif, melainkan sebagai laboratorium kehidupan kedua. Dengan semboyan
“Siap Mandiri, Siap Berkarya, Siap Kembali ke Masyarakat,” inisiatif ini menjadi langkah nyata untuk menjembatani masa lalu dan masa depan warga binaan.
“Hari ini, Lapas Kelas IIA Bengkalis bersama Pemerintah Kabupaten Bengkalis melaksanakan kegiatan ketahanan pangan dalam rangka pembinaan warga binaan,” ujar Kalapas Priyo Tri Laksono, yang memimpin langsung kegiatan tersebut.
Ia menekankan bahwa setiap benih yang ditanam bukan hanya menghasilkan buah, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri dan keterampilan yang akan menjadi bekal pasca-pembebasan.
“Keterampilan di bidang pertanian akan menjadi bekal berharga ketika mereka kembali ke masyarakat. Pembinaan harus nyata, memberi manfaat, bukan sekadar seremoni,” tegas Priyo, saat diwawancarai Garda45.com
Program ini ditargetkan rampung dalam satu bulan mulai dari tahap penanaman hingga perawatan awal tanaman nanas dan ubi. Namun dampaknya diyakini jauh melampaui batas waktu itu.
Di sela kunjungan lapangan, Staf Ahli Bupati Bengkalis Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Drs. Johansyah Syafri, menyampaikan apresiasinya.
“Program ini bukan hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga membuka jalan bagi para warga binaan untuk kembali ke masyarakat dengan keterampilan yang konkret,” ujarnya.
Johansyah menjelaskan bahwa dari sekitar 1.800 warga binaan, hanya 20 hingga 30 orang yang dipercaya mengikuti program asimilasi pertanian ini. Mereka adalah individu-individu yang dinilai berkelakuan baik dan berkomitmen menjalani perubahan.
“Ini orang-orang pilihan, bukan sembarang. Kesempatan ini adalah kepercayaan, dan kepercayaan adalah langkah awal menuju kebebasan sejati,” pesannya tegas.
Melalui kolaborasi lintas instansi mulai dari Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pemadam Kebakaran, Polres Bengkalis, hingga pemerintah kecamatan, program ini tidak hanya menjadi proyek ketahanan pangan, melainkan juga simbol sinergi sosial yang menembus tembok Lapas.
Di tengah tantangan rehabilitasi sosial yang sering dipandang sebelah mata, Lapas Bengkalis menunjukkan arah baru: pembinaan yang berfokus pada produktivitas, kemandirian, dan kepercayaan.
Ketika tangan-tangan yang dulu kehilangan kebebasan kini menanam benih kehidupan, Lapas Bengkalis seolah mengingatkan: pemasyarakatan sejati bukan tentang menghukum, melainkan mengembalikan manusia kepada maknanya.**












Comment