Peristiwa

100 Jiwa Terdampak Tanah Bergerak di Sumpiuh, Warga Butuh Lahan Relokasi

9
×

100 Jiwa Terdampak Tanah Bergerak di Sumpiuh, Warga Butuh Lahan Relokasi

Sebarkan artikel ini
Salah Satu Rumah warga tampak miring dan retak setelah bencana tanah bergerak kembali aktif di Desa Ketanda. (G45/Fir).

BANYUMAS | Garda45.com – Bencana tanah bergerak kembali menghantam Dusun Karangbanar, Desa Ketanda, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas. Aktivitas pergeseran tanah yang sudah berlangsung sejak 2019 ini kembali meningkat dalam tiga hari terakhir, memicu kerusakan dan memaksa puluhan warga mengungsi.

Kepala Desa Ketanda, Sutarno, menyampaikan bahwa hingga Jumat (14/11/2025), tercatat 25 rumah warga rusak akibat pergerakan tanah yang semakin aktif. “Saat ini terdapat 35 warga yang mengungsi, dan secara total sekitar 100 jiwa terdampak,” ujarnya.

Pergerakan tanah terjadi di wilayah RT 5, 6, dan 7, yang sejak lama telah dinyatakan tidak layak huni. Menurut Sutarno, struktur tanah di area tersebut memang sudah rapuh sebelum fenomena terbaru ini muncul.

“Kondisi tanah di sana memang sudah remuk. Kami dari pemerintah desa sudah memberi peringatan bahwa wilayah itu sudah tidak layak dihuni,” kata Surarono, Kepada Garda45.com

Ia menyebutkan curah hujan tinggi beberapa hari terakhir turut memicu kembali aktifnya pergeseran tanah. Meski demikian, faktor utamanya tetap pada kondisi geologis yang labil sejak beberapa tahun lalu.

Berbagai instansi telah turun tangan menindaklanjuti kondisi darurat tersebut. Unsur kecamatan, Kapolsek, Koramil, Bhabinkamtibmas, BPBD, dan Dinas Sosial bergerak cepat melakukan evakuasi serta pemantauan di lapangan.

“Penanganan evakuasi sudah berjalan cepat dan kondisi masyarakat saat ini bisa dikendalikan,” kata Sutarno.

Namun, aktivitas pergerakan tanah belum sepenuhnya berhenti. Area yang sebelumnya dianggap aman kini ikut terpengaruh.

“Geraknya sedikit-sedikit, tapi wilayah yang dulu tidak bergerak sekarang sudah mulai ada pergerakan,” ungkapnya.

Pemerintah desa kini fokus memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi, terutama logistik pangan dan sandang. Sutarno berharap dukungan lanjutan dari pemerintah kabupaten, provinsi, hingga pusat mengingat sebagian warga sudah tidak memiliki tempat tinggal layak.

Selain bantuan jangka pendek, pemerintah desa juga menegaskan perlunya solusi permanen.

“Sebagian warga memang masih punya tanah, tapi tidak layak ditempati lagi. Artinya mereka butuh lahan baru dan bantuan pembangunan rumah,” katanya.

Pemantauan pergerakan tanah terus dilakukan sembari menyiapkan langkah mitigasi lanjutan. Warga berharap pemerintah segera mengambil keputusan relokasi agar musibah serupa tidak terus terulang tiap tahun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *