Nasional

Matematika Gembira, Bawa Perubahan di SDN Pojokusuman 1 Yogyakarta

13
×

Matematika Gembira, Bawa Perubahan di SDN Pojokusuman 1 Yogyakarta

Sebarkan artikel ini
Guru Muhammad Arief membimbing siswa kelas 1B mengeksplorasi bentuk geometri dari benda di lingkungan sekolah. (G45/net).

Yogyakarta | Garda45.com – Praktik pembelajaran “Matematika Gembira” yang diperkenalkan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mulai menunjukkan dampak nyata di sekolah-sekolah. Salah satunya di SDN Pojokusuman 1 Yogyakarta, di mana guru menerapkan metode kontekstual, bermain, dan aktivitas luar ruang untuk merubah pemahaman dasar mengajar matematika.

Guru kelas 4D, Ida Sekar Molina, menuturkan bahwa pendekatan baru ini menghapus stigma matematika sebagai pelajaran yang menakutkan.

“Metodenya membuat siswa menangkap materi lebih mudah. Mereka tidak lagi melihat matematika sebagai momok, tapi sebagai permainan yang seru,” ujar Ida saat ditemui di sekolah, Kamis (20/11/2025).

Karena kelasnya dipenuhi siswa dengan gaya belajar kinestetik, Ida mengadaptasi metode berorientasi aktivitas – mulai dari permainan dengan bola, penggunaan biji kacang merah, hingga platform digital seperti pattern games.

“Dengan bermain, bergerak, dan menemukan pola sendiri, anak-anak menyerap materi lebih cepat. Responnya positif; bahkan mereka sering bertanya kapan jadwal matematika berikutnya,” katanya.

Matematika di kelas 4 diajarkan tiga kali seminggu, dan menurut Ida, format belajar berpasangan dan kelompok kecil lebih efektif untuk membangun komunikasi, pemahaman, dan kemampuan memecahkan masalah. Metode serupa juga mulai diterapkan pada pelajaran lain, seperti pembuatan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) bertema rambu lalu lintas.

“Siswa belajar tidak hanya dari buku, tetapi juga melakukan penelusuran langsung di lingkungan sekolah,” ujarnya.

Pendekatan serupa juga dirasakan Muhammad Arief, guru kelas 1B yang mengikuti pelatihan Matematika Gembira IN-1 dan IN-2 pada Oktober 2025. Pelatihan tersebut mematahkan miskonsepsi bahwa guru harus mengajarkan konsep sebelum pengalaman konkret.

“Selama ini anak takut duluan karena dipaksa memahami konsep. Di metode baru, justru konsekuen dulu, baru konsep. Anak jadi senang dan tidak cemas,” jelasnya.

Dengan karakter anak kelas 1 yang masih berada pada fase 60 persen bermain dan 40 persen belajar, Arief memulai pembelajaran dari aktivitas luar kelas, mengamati benda sebagai bentuk geometri, mengukur, atau mencari objek untuk operasi hitung.

“Sekitar 75 persen pembelajaran saya lakukan di luar kelas. Setelah eksplorasi, mereka masuk untuk mempresentasikan hasil. Pembelajaran jadi hidup dan lebih dipahami,” katanya.

Arief juga menerapkan pendekatan ini di mata pelajaran lain seperti Bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila, dan Seni Rupa, dengan pola eksplorasi lapangan, diskusi, hingga presentasi sederhana sesuai tahap perkembangan siswa.

Praktik guru-guru SDN Pojokusuman 1 menunjukkan bahwa reformasi metode pembelajaran matematika memiliki dampak langsung pada motivasi dan partisipasi siswa. Pendekatan yang selaras dengan kebijakan Kemendikdasmen ini diharapkan dapat diperluas dan diperkuat dengan pelatihan lanjutan, termasuk bagi guru umum yang menangani anak berkebutuhan khusus (ABK).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *