Bengkalis, Garda45.com – Di sebuah tempat yang sering dipandang dari kejauhan, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Bengkalis, negara hari ini hadir dalam wujud yang sederhana namun berarti, sebuah alat Rontgen, lembar pemeriksaan, dan komitmen yang tidak memandang status hukum seseorang.
Pada Senin pagi (24/11/2025), Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dari Blok A terlihat antre rapi, mengikuti skrining Tuberkulosis (TBC) dengan sikap tenang dan penuh harap.
Di lingkungan hunian yang padat, TBC bukan ancaman abstrak; ia nyata, dekat, dan dapat menyebar cepat. Itulah sebabnya skrining menjadi lebih dari sekadar kewajiban, ia adalah langkah melindungi martabat manusia.
Kepala Lapas Kelas IIA Bengkalis, Priyo Tri Laksono, menegaskan komitmen tersebut dengan bahasa yang lebih luas dari sekadar teknis kesehatan.
“Bagi kami, kesehatan warga binaan bukan hanya urusan medis, tetapi bagian dari penghormatan terhadap hak dasar manusia. Mereka berada dalam masa pembinaan, bukan kehilangan hak untuk sehat,” ujar Priyo.
Priyo juga menambahkan bahwa pencegahan TBC harus bersifat berkelanjutan, menyeluruh, dan tanpa diskriminasi.
“Setiap orang yang tinggal di dalam lapas baik warga binaan maupun petugas berada dalam ruang yang sama, bernapas dalam udara yang sama. Karena itu, menjaga kesehatan bukan tugas satu pihak, tetapi tanggung jawab bersama yang harus dilakukan dengan konsisten,” Ia menutup dengan penekanan bahwa kegiatan ini adalah bentuk nyata kehadiran negara. tutup Kalapas Bengkalis.
Program skrining ini merupakan hasil sinergi PT. Tirta Medical Center, Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis, dan Puskesmas Bengkalis, berjalan selama delapan hari hingga 8 Desember 2025. Setiap blok hunian akan dijangkau untuk memastikan tidak ada satu pun penghuni yang terlewatkan.
Dari sisi teknis, kegiatan ini berfungsi untuk deteksi dini, pemetaan kondisi kesehatan WBP, serta percepatan penanganan bagi mereka yang berisiko. Namun di balik itu, terdapat pesan lain, bahwa perhatian seperti ini memberi ruang bagi warga binaan untuk merasa dihargai sebagai manusia yang tetap memiliki masa depan.
Di bawah pengawasan langsung Kalapas dan jajaran struktural seperti Kasi Binadik, Kasubsi Bimkemaswat, dokter lapas, staf klinik, serta tim regu jaga, hari pertama berjalan tertib dan lancar, sebuah langkah kecil namun signifikan menjaga napas, keselamatan, dan harapan.**











