Hukrim

Siswa SD Tewas Diduga Akibat Bullying, Plt Gubernur Riau Panggil Pemko Pekanbaru

13
×

Siswa SD Tewas Diduga Akibat Bullying, Plt Gubernur Riau Panggil Pemko Pekanbaru

Sebarkan artikel ini
Plt Gubernur Riau SF Hariyanto. (G45/net).

PEKANBARU | Garda45.com Pemerintah Provinsi Riau bergerak cepat menanggapi kasus dugaan bullying yang merenggut nyawa seorang siswa SDN 108 Tangkerang Labuai, Kecamatan Bukit Raya. Bocah kelas VI berinisial MA meninggal dunia setelah mengalami kelumpuhan usai diduga ditendang teman sekelasnya.

Plt Gubernur Riau, SF Hariyanto, memastikan akan memanggil Pemko Pekanbaru untuk meminta penjelasan lengkap, termasuk kronologi dan penanganan awal pihak sekolah.

“Kita ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sekolah harus menjadi tempat yang aman, bukan tempat anak-anak mengalami kekerasan,” tegasnya, Selasa (25/11/2025).

Ia menekankan, kejadian serupa tidak boleh kembali terjadi. Pendidikan, kata dia, adalah ruang membentuk karakter dan masa depan, bukan menciptakan trauma.

“Ini tidak boleh terulang. Sekolah adalah tempat mencari ilmu dan membentuk akhlak. Anak-anak harus merasa aman,” ujarnya.

Dalam rapat bersama Disdik Pekanbaru, pihak sekolah, dan Tim Advokat Pejuang Keadilan (TAPAK) Riau, ibu korban, Deswita, tak mampu menyembunyikan kesedihannya saat membeberkan tanda-tanda perubahan pada anaknya sebelum meninggal.

Menurut Deswita, MA pulang sekolah pada Kamis (13/11) sambil menangis dan berkata tak mau sekolah lagi, namun tidak langsung bercerita. Keesokan harinya, Jumat (14/11), MA tiba-tiba mengalami kelumpuhan.

“Waktu itu barulah ia bercerita kalau kepalanya ditendang murid lain, inisial FT, saat belajar kelompok,” ucapnya terbata-bata.

Aksi kekerasan itu dilakukan tanpa alas kaki. Kejadian tersebut disaksikan teman dekat korban, AK, yang mengaku telah melapor ke wali kelas. Namun laporan itu hanya dibalas, “iya tunggu.”

Deswita menambahkan, tangisan MA saat pulang sekolah juga disaksikan teman-temannya di lingkungan rumah.

Setelah mengalami kelumpuhan, keluarga membawa MA ke pengobatan alternatif. Dari sana, orang tua disarankan beralih ke layanan medis. Namun saat dibawa ke puskesmas pada Sabtu, layanan sudah tutup.

MA dirawat di rumah hingga akhirnya mengembuskan napas terakhir pada Minggu (16/11/2025), pukul 02.00 WIB.

“Beberapa hari sebelum meninggal, anak saya sempat bilang rumah akan ramai, minta dimandikan dan digelar tikar. Kami tak mengerti maksudnya waktu itu,” ujar Deswita sambil menangis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *