Pendidikan

Cegah Radikalisme Sejak Dini, Mahasiswa Teknik Industri UMRI Gelar Sosialisasi di Sekolah

11
×

Cegah Radikalisme Sejak Dini, Mahasiswa Teknik Industri UMRI Gelar Sosialisasi di Sekolah

Sebarkan artikel ini
Cegah Radikalisme Sejak Dini, Mahasiswa Teknik Industri UMRI Gelar Sosialisasi di Sekolah
Mahasiswa UMRI bersama dan siswa SMK Negeri 4 Pekanbaru usai kegiatan sosialisasi pencegahan radikalisme, Senin (22/12/25). (G45/Firm)

PEKANBARU | Garda45.com Maraknya penyebaran paham radikalisme di kalangan pelajar sekolah menengah menjadi perhatian serius mahasiswa Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI). Fenomena ini dinilai semakin mengkhawatirkan seiring masifnya propaganda digital yang menyasar remaja melalui media sosial hingga gim daring.

Kondisi tersebut mendorong mahasiswa Teknik Industri UMRI menggelar kegiatan sosialisasi di SMK Negeri 4 Pekanbaru, senin (22/12/25). Kegiatan ini bertujuan membentengi siswa dari pengaruh radikalisme yang kerap dikemas dengan narasi provokatif dan visual menarik.

Ketua Pelaksana kegiatan, Annisa Maha Rani, menjelaskan bahwa pelajar menjadi sasaran empuk karena berada pada fase pencarian jati diri. Ketertarikan terhadap hal baru, emosi yang belum stabil, serta lemahnya literasi digital membuat mereka rentan terpapar konten bermuatan ekstrem.

“Propaganda radikal saat ini tidak lagi disampaikan secara frontal. Ia hadir melalui konten media sosial, game online, bahkan meme yang terlihat ringan namun sarat provokasi,” ujar Annisa.

Ia menambahkan, minimnya pengawasan serta kurangnya kemampuan memilah informasi turut memperbesar risiko penyebaran paham tersebut di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, mahasiswa hadir untuk memberikan pemahaman sekaligus mengajak siswa berpikir kritis terhadap konten yang mereka konsumsi setiap hari.

Sosialisasi ini mengangkat tema “Hentikan Provokasi! Gunakan Bahasa yang Menyatukan” dan dibimbing langsung oleh dosen pendamping, Nurul Rahmadani, MPd. Kegiatan tersebut melibatkan sejumlah mahasiswa sebagai tim pemateri dan fasilitator, di antaranya Abyan Khairi Risha, Raendi Putra Gautama, Ahmad Faizar Pratama, Rifqi Nur Arifin, Abhinaya Salsabila, Lutfi Naila, Fadhil Zikri Amaludin, Rizky Rahmadani, serta Waly Ilham Rasyid Husein.

Menurut Annisa, penggunaan bahasa yang provokatif dapat memicu konflik, menumbuhkan kebencian, serta memperlebar jurang perpecahan di tengah masyarakat. Sebaliknya, bahasa yang santun dan menyatukan berperan penting dalam menjaga harmoni dan memperkuat persatuan.

“Kami ingin siswa memahami bahwa satu kalimat provokatif bisa berdampak panjang. Bahasa memiliki kekuatan, bisa merusak, tapi juga bisa menyatukan,” tegasnya.

Kegiatan sosialisasi dikemas secara interaktif melalui pemaparan materi, diskusi terbuka, serta sesi tanya jawab. Untuk meningkatkan antusiasme, panitia juga menyelipkan permainan edukatif, pemberian hadiah bagi siswa yang aktif, hingga pembuatan konten kreatif berupa tren TikTok bertema anti-provokasi.

Suasana kegiatan berlangsung dinamis dan penuh partisipasi. Para siswa terlihat aktif berdiskusi dan menunjukkan ketertarikan terhadap isu yang dibahas. Diharapkan, sosialisasi ini mampu menumbuhkan kesadaran pelajar agar lebih bijak dalam bermedia digital serta menolak segala bentuk provokasi yang mengarah pada radikalisme dan perpecahan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *