Ekonomi

Harga Pangan Meroket Jelang Tahun Baru, Ayam dan Daging Jadi Beban Warga Pekanbaru

18
×

Harga Pangan Meroket Jelang Tahun Baru, Ayam dan Daging Jadi Beban Warga Pekanbaru

Sebarkan artikel ini
Harga Pangan Meroket Jelang Tahun Baru, Ayam dan Daging Jadi Beban Warga Pekanbaru
Pedagang ayam potong melayani pembeli di Pasar Dupa Pekanbaru, Jumat (26/12/2025), di tengah lonjakan harga ayam yang kini mencapai Rp37.000 per kilogram. (G45/firm)

PEKANBARU | Garda45.com –  Menjelang pergantian tahun 2025 menuju 2026, masyarakat Kota Pekanbaru dihadapkan pada lonjakan harga sejumlah komoditas pangan pokok. Kenaikan paling terasa terjadi pada sektor protein hewani, terutama ayam potong, daging sapi, dan ikan air tawar, yang harganya melonjak signifikan dalam beberapa hari terakhir.

Pantauan di Pasar Dupa, Jumat (26/12/2025) pagi, menunjukkan harga ayam potong kini mencapai Rp37.000 per kilogram. Angka tersebut naik cukup tajam dibandingkan harga normal sebelumnya yang berada di kisaran Rp30.000 per kilogram. Lonjakan Rp7.000 per kilogram ini dinilai memberatkan konsumen, khususnya rumah tangga berpenghasilan menengah ke bawah dan pelaku usaha kuliner kecil.

Hasan, salah seorang pedagang ayam potong di Pasar Dupa, menyebut kenaikan harga ini kerap terjadi setiap memasuki momentum akhir tahun.

“Harga ayam sekarang Rp37.000 per kilogram. Biasanya memang setiap mendekati tahun baru harga pasti naik,” ujarnya.

Menurut Hasan, permintaan yang meningkat tidak selalu diimbangi dengan kelancaran pasokan dari pemasok, sehingga pedagang terpaksa menyesuaikan harga jual di lapak.

Kondisi serupa juga terjadi pada komoditas daging sapi. Harga daging sapi murni saat ini dipatok Rp140.000 per kilogram, naik dari harga sebelumnya yang relatif stabil di angka Rp120.000 per kilogram. Kenaikan Rp20.000 per kilogram tersebut berdampak langsung pada menurunnya daya beli konsumen.

Ridwan, pedagang daging sapi di pasar yang sama, mengungkapkan bahwa keterbatasan stok di tingkat distributor menjadi pemicu utama kenaikan harga.

“Sekarang kami jual Rp140.000 per kilogram. Pasokan memang agak terbatas, sementara permintaan menjelang akhir tahun justru meningkat,” jelasnya.

Ia mengakui, dalam beberapa hari terakhir pembeli daging sapi cenderung berkurang atau membeli dalam jumlah lebih kecil dibandingkan hari biasa.

Lonjakan harga juga terjadi pada komoditas ikan air tawar. Ikan nila yang sebelumnya dijual dengan harga Rp30.000 per kilogram, kini naik menjadi Rp40.000 per kilogram. Kenaikan ini menambah beban belanja masyarakat yang sebelumnya mengandalkan ikan sebagai alternatif protein dengan harga lebih terjangkau.

Di tengah kenaikan harga daging dan ikan, harga cabai merah Bukittinggi justru menunjukkan tren penurunan. Cabai yang sebelumnya sempat menyentuh harga Rp120.000 per kilogram, kini turun ke kisaran Rp80.000 hingga Rp90.000 per kilogram. Penurunan ini sedikit meringankan beban belanja, meski tidak sepenuhnya menutup kenaikan harga komoditas lain.

Namun, bagi sebagian warga, turunnya harga cabai belum cukup mengimbangi melonjaknya harga protein hewani dan telur. Yuni, seorang warga Pekanbaru, mengaku terkejut saat berbelanja kebutuhan dapur pagi tadi.

“Beli ayam kaget harganya sudah Rp37.000. Telur ayam ras ukuran kecil juga sekarang Rp2.500 per butir, padahal biasanya cuma sekitar Rp1.800,” keluhnya.

Kondisi ini memicu kekhawatiran masyarakat akan terus naiknya harga pangan hingga perayaan Tahun Baru 2026. Warga berharap pemerintah daerah dan instansi terkait segera turun tangan untuk menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat.

Sejumlah warga mendorong pemerintah melakukan intervensi melalui operasi pasar murah, penguatan distribusi, serta pengawasan rantai pasok agar lonjakan harga tidak semakin membebani masyarakat di tengah momentum akhir tahun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *