Aceh Tamiang, Garda45.com – Bencana kerap meninggalkan jejak sunyi: rumah yang runtuh, hening yang berat, dan manusia-manusia yang berusaha bangkit dari kehilangan. Di tengah suasana itulah, secercah harapan datang melintasi selat.
Rombongan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Bengkalis hadir di Aceh Tamiang, membawa lebih dari sekadar bantuan mereka membawa empati, doa, dan kepedulian yang terasa hangat di tengah dinginnya duka.
Langkah rombongan PGRI menyusuri wilayah terdampak menjadi saksi bisu betapa berat cobaan yang ditanggung masyarakat. Rumah-rumah rusak berdiri tanpa kata, sementara wajah-wajah lelah menyimpan kisah tentang kehilangan dan ketabahan.
Dalam lanskap inilah, bantuan yang disalurkan terasa menemukan maknanya. Beberapa warga tak kuasa menahan air mata – air mata syukur yang jatuh perlahan, menandai bahwa mereka tidak sendirian menghadapi musibah.
Penyaluran bantuan dilakukan secara langsung kepada masyarakat terdampak. Suasana berlangsung sederhana, namun sarat emosi. Jabat tangan yang erat, pelukan singkat, dan ucapan terima kasih menjadi bahasa kemanusiaan yang menyatukan dua daerah dalam satu ikatan solidaritas.
Kehadiran PGRI Kabupaten Bengkalis disambut secara resmi oleh Bupati Aceh Tamiang bersama Wakil Bupati, didampingi Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Sosial, serta Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR).
Dalam sambutannya, Bupati Aceh Tamiang menyampaikan apresiasi mendalam atas kepedulian yang ditunjukkan PGRI dan Pemerintah Kabupaten Bengkalis.
“Bantuan ini sangat berarti bagi masyarakat kami. Bahkan, masyarakat turut mendoakan agar PGRI Kabupaten Bengkalis, Bupati Bengkalis, serta seluruh masyarakat Kabupaten Bengkalis senantiasa diberikan kesehatan dan kelapangan rezeki,” ujar Bupati dengan suara bergetar.
Untuk memastikan distribusi berjalan adil dan tepat sasaran, penyerahan bantuan dilakukan di dua titik, yakni secara langsung kepada masyarakat terdampak serta melalui posko bantuan yang berlokasi di Kantor Bupati Aceh Tamiang.
Ketua PGRI Kabupaten Bengkalis, Peppi Sumanty, menegaskan bahwa kehadiran mereka bukan sekadar agenda kelembagaan, melainkan panggilan nurani dan wujud solidaritas keluarga besar PGRI terhadap saudara-saudara mereka yang tertimpa musibah.
“Kami datang dan melihat sendiri kondisi masyarakat yang sangat memprihatinkan. Bantuan ini mungkin tidak besar, tetapi kami berharap dapat meringankan beban dan menjadi penguat bagi masyarakat Aceh Tamiang di tengah ujian yang berat ini,” ungkapnya.
Ia juga mengaku tersentuh oleh sambutan tulus masyarakat penerima bantuan sebuah respons yang meninggalkan kesan mendalam.
“Kami sangat terharu. Ada warga yang menangis dan mengucapkan terima kasih secara langsung. Momen itu mengingatkan kami bahwa kepedulian dan kebersamaan adalah kekuatan terbesar saat manusia diuji oleh bencana,” tambah Peppi Sumanty. Sabtu, 27 Desember 2025.
Dalam kesempatan yang sama, Peppi Sumanty menyampaikan apresiasi kepada Bupati Bengkalis, Kasmarni, atas dukungan penuh Pemerintah Kabupaten Bengkalis terhadap aksi kemanusiaan tersebut.
“Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Bupati Bengkalis beserta jajaran. Dukungan dan perhatian yang diberikan menjadi energi moral bagi keluarga besar PGRI untuk terus hadir, peduli, dan berbagi dengan masyarakat yang membutuhkan,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa bantuan tersebut merupakan hasil gotong royong keluarga besar PGRI Kabupaten Bengkalis,.mulai dari pengurus, para guru, hingga siswa di seluruh kecamatan.
“Ini adalah buah dari kebersamaan. Terima kasih kepada seluruh guru, siswa, dan pihak yang telah berpartisipasi. Semoga bantuan ini membawa manfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua,” pungkasnya.
Aksi kemanusiaan ini menegaskan satu pesan penting di tengah bencana, nilai-nilai solidaritas dan kepedulian sosial tetap hidup. PGRI Kabupaten Bengkalis bersama Pemerintah Kabupaten Bengkalis menunjukkan bahwa kemanusiaan tidak mengenal batas wilayah, ia hadir melalui empati, aksi nyata, dan ketulusan hati, menyala sebagai harapan bagi mereka yang tengah bangkit dari luka.**











