Ekonomi

Kebun Sawit Tertimbun Lumpur, Petani Aceh Tamiang Terancam Kehilangan Penghidupan

12
×

Kebun Sawit Tertimbun Lumpur, Petani Aceh Tamiang Terancam Kehilangan Penghidupan

Sebarkan artikel ini
Kebun Sawit Tertimbun Lumpur, Petani Aceh Tamiang Terancam Kehilangan Penghidupan
Kondisi kebun kelapa sawit milik warga di Aceh Tamiang yang tertimbun lumpur dan kayu gelondongan akibat banjir bandang. (G45/Suyanto)

ACEH TAMIANG | Garda45.com – Ratusan hektar kebun kelapa sawit milik masyarakat di Kabupaten Aceh Tamiang dilaporkan rusak berat setelah diterjang banjir bandang yang membawa lumpur tebal dan kayu gelondongan. Material banjir menimbun tanaman sawit hingga mati total, membuat petani kehilangan sumber penghidupan utama mereka.

Dikonfirmasi media, Ketua Apkasindo Aceh Tamiang, Muhammad Irwan, mengatakan banjir bandang kali ini menjadi pukulan telak bagi petani sawit. Banyak tanaman yang tidak dapat diselamatkan karena tertutup tanah dan lumpur dengan ketebalan bervariasi, bahkan sebagian pohon terseret arus deras.

“Benar sekali, banyak tanaman mati semua karena tertimbun tanah. Rata-rata masyarakat di Aceh Tamiang adalah petani kebun, dan kebun sawit menjadi tempat bergantung hidup mereka selama ini,” ujar Irwan, Sabtu (27/12/2025).

Irwan yang juga anggota DPRK Aceh Tamiang menjelaskan, kerusakan terparah terjadi di Kecamatan Bandar Pusaka dan Kecamatan Sekerak. Di dua wilayah tersebut, banjir bandang datang secara tiba-tiba dengan arus kuat yang membawa material kayu dari hulu sungai.

Selain itu, sejumlah kecamatan lain seperti Rantau, Kejuruan Muda, dan Tenggulun juga terdampak. Meski tingkat kerusakan bervariasi, petani di wilayah tersebut tetap merasakan dampak signifikan akibat terhentinya aktivitas produksi dan ancaman gagal panen dalam jangka panjang.

Bagi masyarakat Aceh Tamiang, bencana ini bukan sekadar kerusakan fisik lahan. Sawit merupakan tulang punggung ekonomi keluarga. Rusaknya kebun berarti terputusnya pendapatan harian yang selama ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, pendidikan anak, hingga biaya kesehatan.

Menurut Irwan, tanaman sawit yang mati akibat tertimbun lumpur tidak bisa segera diganti. Proses peremajaan membutuhkan biaya besar dan waktu panjang hingga kembali produktif. Kondisi ini dikhawatirkan akan memperburuk tingkat kesejahteraan petani dalam beberapa tahun ke depan jika tidak ada intervensi nyata dari pemerintah.

Ia berharap pemerintah pusat dan daerah segera mengambil langkah konkret, khususnya Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), untuk turun langsung melihat kondisi di lapangan. Dukungan berupa pendataan kerusakan, bantuan bibit, hingga skema pemulihan ekonomi dinilai sangat mendesak.

“Harapan kita, pihak BPDP dapat melihat langsung kondisi petani sawit yang sehari-harinya bergantung dari hasil panen. Semoga ada perhatian dan dukungan agar perekonomian petani sawit bisa bangkit kembali,” katanya.

Saat ini, masyarakat terdampak masih menunggu kepastian langkah lanjutan dari pemerintah. Selain bantuan darurat, petani berharap adanya program jangka menengah untuk memulihkan kebun sawit yang rusak agar roda perekonomian desa dapat kembali berputar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *