PEKANBARU, Garda45.com – Dugaan kelalaian medis kembali terjadi. Kali ini, seorang ibu muda berinisial AL, warga Jl. Bulu Cina, Garuda Sakti KM 1, Kota Pekanbaru, mengalami pengalaman pahit setelah bayinya diduga melewati waktu lahir yang ideal, hingga mengakibatkan bayi tersebut meminum air ketuban. Kejadian tersebut terjadi di RSIA BUDHI MULIA, Jl. Soekarno Hatta, Pekanbaru, Pada Kamis (10/7/25).
Dalam keterangannya kepada media ini, AL menyebutkan bahwa sejak awal kehamilan anak keduanya, ia secara rutin memeriksakan kandungannya ke dokter RD, seorang dokter yang sudah ia percayai sejak proses kehamilan anak pertamanya di ‘Puri Clinic’, klinik
milik pribadi RD yang berlokasi di Jalan HR Subrantas, Panam.
“Selama ini saya USG ke dokter Rahmad, di klinik pribadinya (Puri Clinic) di HR Subrantas Panam. Karena anak pertama saya juga ditangani beliau dan semua berjalan baik, maka kami percaya lagi kepada dia untuk anak kedua ini,” ujar AL, Sabtu (12/7/2025).
AL menyebut, dirinya telah menjalani pemeriksaan USG sebanyak lima kali oleh dokter RD. Dalam setiap konsultasi, dokter RD selalu menyatakan bahwa kondisi bayi dalam kandungan baik-baik saja tanpa masalah apa pun. Namun, pada pemeriksaan terakhir, dokter RD mulai membicarakan jadwal persalinan.
Saat AL mengusulkan agar persalinan dilakukan pada 7 Juli 2025, dokter RD menolak dengan alasan janin belum cukup matang.
“Kami sempat minta agar bayi lahir pada tanggal 7, tapi dokter Rahmad menolak. Dia bilang belum bisa karena bayi belum matang. Justru dia menyarankan kami memilih tanggal antara 10 sampai 15 Juli,” ujar AL.
Karena kondisi fisiknya terus melemah dan merasa tak mampu menunda lebih lama, AL bersama suaminya memutuskan menjalani persalinan pada 10 Juli 2025 dan langsung menuju RSIA BUDHI MULIA di Jl. Jalan Soekarno Hatta, Sidomulyo Timur, Arengka, Kec. Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru.
Namun, sesaat setelah bayi lahir, keluarga AL dikejutkan dengan kondisi bayi yang tampak lemas dan langsung dirujuk ke inkubator. Setelah ditangani dokter spesialis anak, barulah terungkap bahwa bayi tersebut telah menelan air ketuban.
“Kami langsung tanya ke dokter spesialis anak, kenapa bayi kami bisa minum ketuban? Dan jawaban yang kami dapat sangat mengejutkan. Katanya bayi kami sudah melewati hari kelahiran, jadi sempat kekurangan oksigen dan menelan ketuban,” ujarnya.
Penjelasan dari dokter spesialis anak menjadi pukulan telak bagi pasangan muda tersebut. Selama masa kehamilan, mereka sepenuhnya mempercayai hasil USG dan keterangan dari dokter RD, yang tak pernah sekalipun menginformasikan adanya risiko keterlambatan kelahiran atau indikasi bahaya.
“Waktu kami minta lahir tanggal 7, katanya bayi belum matang. Tapi sekarang dibilang bayi kami kelewatan tanggal lahir. Mana yang benar? Ini benar-benar tidak masuk akal,” ujar AL dengan nada kecewa.
AL juga mempertanyakan akurasi hasil USG serta tanggung jawab dokter RD yang selama ini mereka andalkan.
“Bagaimana mungkin kemarin dia bilang bayi belum matang, tapi sekarang disebut sudah kelewatan lahir? Ini membingungkan dan menyakitkan,” tegasnya.
Ia menyatakan bahwa dirinya dan keluarga sangat terpukul, apalagi kondisi bayinya saat ini belum stabil.
“Saya tidak tahu harus bagaimana. Sekarang anak saya dirawat di kotak kaca karena fisiknya lemah. Kami hanya bisa berdoa dan berharap dia segera sehat,” tambahnya.
Merasa dirugikan, keluarga AL kini menuntut pertanggungjawaban dari dokter RD dan pihak RSIA BUDHI MULIA. Mereka meminta agar anak mereka mendapatkan perawatan maksimal, serta penjelasan medis yang transparan terkait kelalaian dalam penentuan waktu kelahiran.
“Kami tidak menuduh tanpa alasan. Tapi fakta di lapangan menunjukkan ada kekeliruan yang fatal. Kami minta dokter RD dan pihak RSIA BUDHI MULIA bertanggung jawab. Jangan sampai bayi kami menjadi korban karena kesalahan prediksi medis,” tegas AL.
“Kami hanya ingin keadilan, dan keselamatan anak kami. Kami tidak ingin hal ini terjadi kepada ibu-ibu lain,” tutup AL.
Untuk diketahui, sejak dilahirkan pada 10 Juli 2025 hingga hari ini, bayi tersebut masih menjalani perawatan di ruang inkubator (kotak kaca) di rumah sakit (RSIA BUDHI MULIA).
Hingga berita ini ditayangkan, belum ada keterangan resmi dari dokter RD maupun manajemen RSIA BUDHI MULIA.
dr RD saat dikonfirmasi media ini melalui WhatsApp pada Sabtu malam (12/7/25), panggilan masuk berdering namun tidak diangkat.
“Sudah saya teruskan ke manajemen Rumah Sakit agar bisa di buatkan jadwal untuk klarifikasinya secara transparant,” ujar dr RD, lewat pesan singkatnya.
Meski demikian, redaksi tetap berupaya melakukan konfirmasi lanjutan kepada yang bersangkutan. (red).
Komentar