PEKANBARU | Garda45.com – Kepala SMK Kehutanan Negeri Pekanbaru, Slamet Supriyadi, menorehkan prestasi membanggakan di tingkat internasional setelah meraih penghargaan “Higher Honor” pada ajang Saemaul International Development Achievement Contest 2025 yang digelar oleh Park Chung Hee School of Policy and Saemaul (PSPS), Yeungnam University, Korea Selatan.
Ajang prestisius ini diikuti 258 peserta dari berbagai negara, yang merupakan alumni program magister PSPS Yeungnam University dan tersebar di Asia, Afrika, Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa hingga Australia. Kompetisi tersebut menjadi ruang adu gagasan inovatif dalam pembangunan masyarakat global dengan proses seleksi yang ketat dan berlapis.
Rangkaian kompetisi berlangsung secara daring sejak 1 Oktober hingga 19 November 2025, sementara pengumuman pemenang dilakukan pada 19 Desember 2025. Penilaian dilakukan oleh tim akademisi, dosen, serta pakar gerakan Saemaul Undong dari Korea Selatan.
Dalam kompetisi tersebut, Slamet mempresentasikan inovasi tata kelola pendidikan kehutanan yang terintegrasi dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Inovasi itu menitikberatkan pada penguatan pendidikan kehutanan melalui pendekatan pembelajaran matematika yang disesuaikan dengan karakter psikologi dan kognitif Generasi Z.
“Inovasi ini menempatkan hutan bukan hanya sebagai objek belajar, tetapi sebagai sarana strategis untuk membangun ketahanan pangan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan,” ujar Slamet, Selasa (23/12/2025).
Menurutnya, pembelajaran matematika dirancang secara kontekstual dan aplikatif melalui pendekatan konstruktivisme, sehingga mendorong peserta didik membangun pemahaman konsep, literasi numerasi, kemampuan analisis, serta pemecahan masalah yang relevan dengan kehidupan nyata.
Pendekatan tersebut dinilai sejalan dengan agenda global SDGs, khususnya dalam menjaga keseimbangan antara aspek ekonomi, ekologi, dan sosial. Implementasinya telah diterapkan secara bertahap di SMK Kehutanan Negeri Pekanbaru, mulai dari proses pembelajaran di kelas, persiapan olimpiade, Tes Kemampuan Akademik (TKA), asesmen nasional numerasi, hingga integrasi nilai-nilai SDGs dalam mata pelajaran produktif kehutanan.
“Dampaknya terlihat dari meningkatnya kepedulian siswa terhadap lingkungan. Mereka tidak hanya memahami teknis kehutanan, tetapi juga tumbuh sebagai warga global yang bertanggung jawab menjaga kelestarian bumi,” jelasnya.
Slamet menilai inovasi ini sangat adaptif dan berpeluang besar untuk direplikasi di SMK maupun sekolah kehutanan lainnya di Indonesia. Ia meyakini langkah tersebut dapat meningkatkan standar pendidikan lingkungan sekaligus memperkuat daya saing lulusan di tingkat global.
Ia juga menegaskan bahwa keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran guru. Peningkatan kualitas dan kesejahteraan pendidik, menurutnya, harus berjalan seiring dengan penguatan kompetensi siswa agar mampu menjawab tantangan zaman.
“Potensi intelektual bangsa kita tidak kalah dengan negara lain. Kuncinya adalah percaya diri, konsisten belajar, tidak cepat puas, rendah hati, dan selalu terbuka terhadap perubahan,” pungkasnya.











