PEKANBARU | Garda45.com – Ekosistem ekonomi kreatif di Riau terus memperlihatkan pergerakan signifikan. Dalam beberapa tahun terakhir, pelaku ekraf mulai memosisikan kreativitas bukan sebagai kegiatan selingan, tetapi sebagai sumber nafkah yang ditekuni secara serius. Perubahan pola pikir ini memperkuat arah bahwa industri kreatif di Riau sedang memasuki fase pertumbuhan yang matang.
Sekretaris Badan Riau Creative Network (BRCN), Raynzi Solihinakta, menyebutkan bahwa kualitas SDM kreatif di Riau menunjukkan laju perkembangan yang menggembirakan. Meski belum sekompleks daerah besar seperti Jakarta, namun grafiknya terus menanjak.
“SDM kita belum sekompleks teman-teman di Jawa, tapi sudah bertumbuh pesat. Semakin banyak populasi, semakin beragam pula karakter dan peluang yang muncul. Tantangannya hanya pada diri masing-masing,” ujar Raynzi, Kamis (11/12/25).
Raynzi menegaskan bahwa peran utama Riau Creative Hub (RCH) bukan mengajari orang menjadi kreatif, melainkan menciptakan ruang agar mereka yang sudah berkarya bisa menjadikan kreativitas sebagai sumber hidup yang stabil.
“Fungsi pokok RCH itu memberi tantangan pada mereka yang sudah berbuat. RCH bukan tempat belajar jadi kreatif, tapi tempat bagi orang kreatif agar bisa hidup dari kreativitas yang dimiliki. Kreativitasnya bukan sampingan, tapi memang menghasilkan dan menjadi income pokok. Itu yang harus bisa kita sustain,” jelasnya.
Menurutnya, ekraf kini bukan lagi pilihan cadangan bagi masyarakat, tetapi telah berkembang menjadi peluang masa depan yang lebih menjanjikan. Ia meyakini semakin banyak pelaku yang menjadikan sektor kreatif sebagai jalan hidup, bukan solusi sementara ketika tidak masuk ke dunia kerja formal.
Sementara itu, dari sisi pemerintah, komitmen untuk memperkuat industri kreatif turut dikencangkan. Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dispar Riau, Beni Febrianto, menuturkan bahwa pihaknya sedang mendorong perubahan cara pandang masyarakat terhadap profesi kreatif.
“Kami mencoba mengajak teman-teman menjadi pekerja kreatif. Kami bentuk pola pikir bahwa profesi kreatif bukan pelampiasan karena tidak diterima kerja di tempat lain. Mindset itu harus dihilangkan,” katanya.
Beni menekankan bahwa sektor ekraf memiliki potensi besar menjadi sumber penghidupan yang stabil dan berkelanjutan. Industri ini sudah membuka ruang baru bagi anak muda maupun pelaku senior untuk menjadikan kreativitas sebagai profesi utama.
“Istilahnya, ekraf ini bisa jadi salah satu sektor usaha yang menghidupi kita, bukan hanya sampingan lagi,” ujarnya.
Dengan semakin terbukanya akses belajar, jaringan komunitas, hingga fasilitas yang disiapkan pemerintah, ruang gerak pelaku ekraf di Riau semakin luas. Tantangannya kini terletak pada konsistensi dan kemampuan para pelaku mempertahankan kualitas karya agar benar-benar mampu menjadikan kreativitas sebagai modal hidup jangka panjang.
Industri kreatif di Riau tengah berada di jalur percepatan. Jika arah ini terus dijaga, Riau berpeluang besar menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekraf di Sumatera.











