Ekonomi

Bisnis Kopi Tumbuh Pesat, Pelaku Usaha Diminta Tak Terjebak Tren Sesaat

10
×

Bisnis Kopi Tumbuh Pesat, Pelaku Usaha Diminta Tak Terjebak Tren Sesaat

Sebarkan artikel ini
Bisnis Kopi Tumbuh Pesat, Pelaku Usaha Diminta Tak Terjebak Tren Sesaat
Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Beni Febrianto. (G45/fir).

PEKANBARU |Garda45.com – Industri kopi di Indonesia diproyeksikan terus tumbuh sepanjang tahun ini, seiring menguatnya budaya minum kopi sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat dan pesatnya sektor kuliner. Namun di tengah maraknya kedai kopi bermunculan, pelaku usaha diingatkan agar tidak terjebak tren sesaat tanpa konsep yang matang.

Perubahan tren kopi kini tak lagi semata soal cita rasa. Kesadaran kesehatan, teknik penyeduhan yang semakin inovatif, hingga pengalaman menikmati kopi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan mulai menjadi pertimbangan utama konsumen. Kondisi ini menuntut pelaku usaha untuk lebih adaptif dan memiliki arah usaha yang jelas.

Di Kota Pekanbaru, industri kopi telah menjadi salah satu penggerak ekonomi kreatif dan ekonomi kerakyatan. Dalam satu dekade terakhir, sektor ini tidak hanya memperkuat identitas budaya urban, tetapi juga membuka lapangan kerja bagi banyak pihak, mulai dari petani kopi, peracik minuman, hingga pelaku UMKM.

Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Beni Febrianto, menegaskan pentingnya konsistensi dan pemahaman tren bagi pelaku usaha kopi. Menurutnya, mengikuti perkembangan pasar adalah keharusan, namun harus dibarengi dengan perencanaan yang matang.

“Usaha harus berjalan seiring dengan tren agar tidak tertinggal. Tapi jangan hanya ikut-ikutan tanpa konsep yang jelas,” ujar Beni, Senin (15/12/2025).

Ia mengingatkan maraknya fenomena fear of missing out (fomo) dalam bisnis kedai kopi. Banyak pelaku usaha, kata dia, tergoda membuka kafe hanya karena tren, tanpa melihat prospek jangka panjang dan segmentasi pasar. Akibatnya, tak sedikit kedai yang hanya bertahan beberapa bulan sebelum akhirnya meredup.

“Di Pekanbaru kita sering melihat usaha yang hidup hanya tiga bulan pertama. Setelah itu sepi karena konsepnya belum kuat,” ungkapnya.

Beni mencontohkan, kedai kopi harus memiliki segmentasi yang jelas, termasuk konsep suasana dan hiburan. Pilihan musik, misalnya, dapat menjadi penentu karakter kafe dan membentuk basis pelanggan yang spesifik.

“Kalau ingin dengar lagu top forty orang akan ke kafe tertentu, kalau jazz ke kafe lain. Segmentasi ini penting agar pelanggan terbentuk dengan sendirinya,” jelasnya.

Lebih lanjut, Beni menekankan bahwa keberlanjutan bisnis kedai kopi sangat ditentukan oleh keunikan produk, riset pasar yang mendalam, serta perencanaan keuangan yang realistis. Inovasi dan ciri khas produk lokal dinilai menjadi kunci agar usaha mampu bertahan dan terus diminati.

“Dengan semangat kolaborasi, kami berharap komunitas kedai kopi dan pelaku ekonomi kreatif di Riau terus tumbuh dan memberi dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *