PEKANBARU | Garda45.com – Asisten I Sekretariat Daerah Provinsi Riau, Zulkifli Syukur, menegaskan bahwa seorang pemimpin aparatur sipil negara (ASN) wajib memiliki tiga kemampuan utama, yakni manajerial yang solid, kepemimpinan yang kuat, serta keberanian berinovasi di lingkungan kerja.
Hal tersebut disampaikan Zulkifli saat mewakili Pelaksana Tugas Gubernur Riau, SF Hariyanto, dalam penutupan Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) Angkatan XVI dan Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP) Angkatan XXI di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau, yang digelar di Aula Tuah Karya Abdi Negara, Kantor BPSDM Provinsi Riau, Senin (15/12/2025).
Menurut Zulkifli, dinamika pelayanan publik yang terus berubah menuntut pemimpin ASN untuk sigap beradaptasi. Ia menekankan, keberhasilan pelayanan tidak cukup hanya mengandalkan kemampuan administratif semata.
“Pemimpin harus mampu mengambil keputusan strategis, membaca perubahan, dan menjawab kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya komunikasi antarpeserta serta pemahaman materi selama pelatihan. Menurutnya, pelatihan kepemimpinan bukan sekadar pemenuhan syarat formal, tetapi harus diterjemahkan ke dalam praktik kerja sehari-hari.
“Kalau tidak diterapkan, pelatihan hanya menjadi rutinitas. Manfaatnya baru terasa ketika kompetensi itu hidup dalam pekerjaan,” ujarnya.
Zulkifli turut mengucapkan selamat kepada seluruh peserta yang dinyatakan lulus. Namun, ia mengingatkan agar para lulusan tidak cepat berpuas diri. Khusus bagi pejabat pimpinan tinggi dan administrator, ia berharap mereka mampu menjadi teladan sekaligus motor penggerak reformasi birokrasi di organisasi perangkat daerah masing-masing.
“Jadilah role model dan agen perubahan yang nyata,” katanya.
Sementara itu, salah satu peserta terbaik PKP Angkatan XXI, Dwi Gusris Wijayanti dari Dinas Perkebunan Provinsi Riau, menyampaikan apresiasi terhadap penyelenggaraan pelatihan yang berlangsung hampir empat bulan tersebut.
Ia memaparkan inovasi yang dikembangkan berupa aplikasi semi protect untuk pelayanan data dan informasi pembenihan tanaman perkebunan, khususnya tanaman semusim, rempah, dan penyegar yang selama ini minim pendataan.
“Kami merancang sistem sesuai kebutuhan dinas, mulai dari pelayanan data hingga pembelian pembenihan yang sudah berbasis by name by address,” jelas Dwi.
Melalui sistem tersebut, data pembenihan dilengkapi dengan informasi pelepasan varietas, kebun induk penangkar, hingga peta dan titik koordinat. Inovasi ini diharapkan dapat memperkuat akurasi data sekaligus mempermudah pelayanan kepada masyarakat.
Dwi berharap aksi perubahan yang telah dirancang selama pelatihan dapat benar-benar diimplementasikan di instansi masing-masing.
“Penutupan pelatihan ini harus menjadi momentum untuk menghadirkan inovasi yang berdampak langsung bagi pelayanan publik,” pungkasnya.











