Akibat Buruh Pengungsing Tidak Memiliki Tempat Tinggal, Tembok Halaman Disnaker Terpaksa Jadi Jemuran

PEKANBARU, Garda45.com – Kantor Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Riau di Jalan Pepaya pada Rabu (7/7/23) pagi, tampak pemandangan yang unik dan tidak biasanya terlihat. Sekitar pukul 09.00 WIB, sejumlah pakaian tampak terjemur di Tembok halaman Kantor tepat di depan Ruangan AULA.

Pakaian berupa kaos oblong, celana pendek jeans, celana anak-anak dan bahkan pakaian dalam perempuan terbentang di tembok warna kuning persis di depan ruangan AULA sebelah pintu masuk Kantor Disnaker Provinsi Riau.

Dari hasil penelusuran Garda45.com, terungkap bahwa pakaian yang dijemur di pagar Disnaker Provinsi Riau itu milik buruh pekerja yang tengah mengungsi akibat di PHK dan di usir paksa oleh Perusahaan Kelapa Sawit milik PT Panca Agro Lestari (PT PAL) yang terletak di INHUL Provinsi Riau akhir-akhir ini.

Puluhuan buruh yang tengah mengungsi sejak pada hari Selasa (6/6/23) tersebut terpaka mejemur pakaian Lantaran tempat tinggal mereka tidak ada.

“Bagaimana tidak di jemur, sementara tempat tinggal kami tidak ada, dan pakaian anak anak hingga balita setiap saat di ganti, terpaksa dimana saja ada terik maka itu jadi jemuran, “ujar salah seorang pengungsi.

Diberitakan, Puluhan buruh pekerja di perusahaan Kelapa sawit milik PT Panca Agro Lestari yang tereletak di INHUL terpaksa mengungsi di Disnaker Provinsi Riau lantaran di PHK dan diusir paksa oleh perusahaan sehingga buruh pekerja tersebut tidak memiliki tempat tinggal.

Bukan tanpa alasan, puluhan buruh pekerja yang menjadi korban PHK yang diduga sepihak tersebut mereka tiba Kantor Disnaker Provinsi Riau, Selasa (6/6/23) untuk memohon agar Perusahan tempat mereka Kerja (PT PAL_Red) melalui Disnaker Riau memberikan hak-hak mereka sesuai aturan dan UU yang berlaku.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Riau Imron Rosyadi saat di Konfirmsi media ini, Rabu (7/6/23) tidak ada di lokasi.

“Saya sedang di Pesawat bang, “singkat Imron melalui telfon selelurnya.

Reporter : KEND ZAI.

Komentar