PEKANBARU, Garda45.com – Seorang warga Pekanbaru berinisial TL (Laia_red) meluapkan kemarahannya setelah namanya disebut-sebut dalam dugaan penerimaan uang duka sebesar Rp25 juta dari RS Prima, padahal dirinya menegaskan tidak pernah menerima uang tersebut. TL menilai pernyataan itu adalah bentuk fitnah yang disebarkan oleh oknum Humas RS Prima berinisial AD dan tiga orang lainya yang megaku perwakilan RS Prima, tanpa disertai bukti yang jelas.
Kepada media ini, Jumat (27/6/2025) malam, TL membeberkan bahwa dugaan fitnah itu bermula dari percakapan WhatsApp antara AD dan temannya, Giawa, pada 16 Juni 2025 lalu.
Dalam isi pesan tersebut, AD menyampaikan, “Kabar baik Pak. Uang dah kami kasi ke pak Laia 25 jt ya pak.”
Pesan itu sontak membuat Giawa mempertanyakan kapan dan dalam situasi apa uang itu diserahkan, serta untuk kepentingan apa. Namun, AD hanya menjawab secara samar dan mengklaim memiliki video sebagai bukti penyerahan uang tersebut kepada TL.
“Ada pak, ada bukti vidio penyerahan pak. Saya minta dulu ya pak. Karena video sama tim,” bunyi pesan AD kepada Giawa.
Namun, hingga hari ini, AD tidak pernah mengirimkan video tersebut. Hal ini membuat TL semakin yakin dirinya menjadi korban fitnah yang disengaja.
“Saya tidak pernah menerima uang itu. Dimana diserahkannya? Mana buktinya? Kalau memang ada video, silakan tunjukkan. Jangan asal tuduh. Ini fitnah terhadap saya dan saya siap mempertanggungjawabkan ucapan saya ini,” tegas TL dalam wawancara eksklusif, Jumat malam (27/6/2025).
Usut punya usut, terungkap bahwa permasalahan ini tidak sekadar berhenti pada percakapan WhatsApp saja. Dugaan fitnah juga semakin melebar setelah diketahui ada tiga orang, yakni inisial SS, ST, dan satu orang lagi yang belum diketahui identitasnya, mendatangi rumah duka almarhum YS di Tenayan Raya, Pekanbaru, pada 19 Juni 2025.
Ketiga orang ini mengaku sebagai perwakilan dari RS Prima dan mempertanyakan pelayanan rumah sakit terhadap almarhum YS yang sebelumnya sempat dirawat di RS Prima dan meninggal dunia. Sebelumnya, keluarga almarhum memang sempat kecewa dan menduga ada kelalaian dalam pelayanan medis RS Prima.
Dalam pertemuan tersebut, ketiga orang itu menanyakan beberapa hal yang dinilai sangat mengarah pada upaya mendiskreditkan TL. Salah satunya adalah menanyakan apakah istri almarhum mengenal TL dan apakah pernah memberikan surat kuasa kepada TL untuk mengurus persoalan terkait kematian suaminya.
“Bagaimana pelayanan RS Prima saat suami ibu dirawat?. Apakah ibu kenal dengan TL (inisial red_)?, Apakah ibu pernah memberikan surat kuasa kepada TL untuk mengurus masalah ini?,” tanya salah satu dari mereka, sebagaimana terekam dalam rekaman yang diterima media ini.
Tak hanya itu, mereka juga menyampaikan bahwa pihak RS Prima sudah memberikan uang sebesar Rp25 juta kepada TL sebagai uang duka untuk keluarga almarhum.
“Apakah uang sebesar Rp25 juta itu sudah sampai ke ibu? Karena pihak rumah sakit sudah menyerahkannya kepada TL sebagai uang duka,” tanya mereka lagi.
Namun, istri almarhum dengan tegas menyatakan bahwa dirinya belum pernah menerima uang dari TL.
Menanggapi informasi tersebut, media ini langsung menghubungi ST untuk mengonfirmasi maksud kedatangan mereka ke rumah duka dan atas perintah siapa mereka melakukan hal itu.
ST mengakui bahwa mereka datang atas perintah SK, yang diduga SK ini adalah seorang pembina RS Prima.
“Iya dek, bersama SS, kami rame-rame. Disuruh SK,” kata ST, Jumat (27/6/2025) melalui sambungan telepon.
Namun, ketika media ini mencoba menggali lebih jauh mengenai kapasitas mereka dan menanyakan kebenaran informasi soal uang Rp25 juta itu, ST tiba-tiba menghentikan pembicaraan dan langsung mematikan telfon selulernya.
“Bentar dulu dek,” ucap ST lalu mematikan telepon.
Upaya konfirmasi juga dilakukan kepada SS dihari yang sama melalui pesan WhatsApp, namun SS terkesan enggan memberikan jawaban yang jelas.
“Kenapa dek?” jawab SS singkat saat pertama kali dikonfirmasi.
Setelah dijelaskan bahwa media ini hanya ingin mengonfirmasi kebenaran kedatangan mereka serta pernyataan terkait uang duka, SS kembali menjawab tanpa memberikan klarifikasi berarti.
“Gitu ya?,” balas SS.
Media kemudian terus mengonfirmasi apakah benar mereka mewakili atau disuruh pihak rumah sakit, seperti yang mereka sampaikan kepada pihak keluarga almarhum, namun hingga berita ini diterbitkan, SS belum memberikan tanggapan lebih lanjut.
Sementara itu, oknum humas RS Prima berinisial AD yang menjadi awal sumber dugaan fitnah ini juga dikonfirmasi oleh media ini melalui WhatsApp pada Sabtu (28/6/2025). AD dimintai klarifikasi terkait pernyataannya kepada Giawa yang menyebutkan bahwa uang sudah diserahkan kepada TL (Laia_red) .
Meski percakapan tersebut sudah dikirimkan kepada AD sebagai bahan konfirmasi, AD tidak memberikan jawaban substantif. Ia justru memberikan alasan yang terkesan menghindar.
“Pak mohon maaf saya sedang libur,” jawab AD.
Hingga saat ini, tidak ada satu pun pihak dari RS Prima yang memberikan penjelasan resmi atas dugaan pencatutan nama TL (Laia_red) dan kejelasan status tiga orang yang mengaku sebagai perwakilan rumah sakit tersebut.
Lagi lagi, TL kembali menegaskan bahwa dirinya memberikan waktu kepada pihak RS Prima dan oknum terkait untuk memberikan klarifikasi secara terbuka. Jika tidak ada itikad baik, TL berencana menempuh jalur hukum demi memulihkan nama baiknya.
“Saya minta penjelasan terbuka dari mereka. Kalau tidak ada, saya akan laporkan resmi ke polisi. Nama saya sudah dicemarkan dan saya tidak terima,” tutup TL.
Sebelum berita ini diterbitkan, media ini telah berupaya meminta klarifikasi demi keakuratan informasi. Sekitar pukul 15.00 WIB, Redaksi kembali menghubungi Oknum Humas inisial AD melalui pesan WhatsApp. Namun hingga pukul 18.00 WIB, pesan yang sudah terbaca (centang biru) tersebut tak kunjung dibalas hingga berita ini dipublikasikan. (Red).
Komentar