Peristiwa

Banjir Bandang Agam: Ratusan Pengungsi Kehilangan Tempat Tinggal, Bantuan Minim

6
×

Banjir Bandang Agam: Ratusan Pengungsi Kehilangan Tempat Tinggal, Bantuan Minim

Sebarkan artikel ini
Tumpukan kayu menutup akses jalan utama pascabencana. (G45/net)

AGAM, SUMBAR | Garda45.comBencana banjir bandang dan longsor yang meluluhlantakkan Desa Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, meninggalkan luka mendalam bagi ratusan warga yang kini kehilangan tempat tinggal. Hingga Selasa (2/12/2025), mereka bertahan di pengungsian dengan fasilitas serba terbatas.

Musibah yang terjadi Kamis (27/11/2025) sekitar pukul 17.30 WIB itu menyapu rumah warga hanya dalam hitungan menit. Jalan, jembatan, serta fasilitas vital rusak berat dan sebagian besar wilayah masih ditutupi lumpur tebal serta hamparan kayu besar yang terbawa arus.

Di tengah situasi genting, aparat gabungan TNI–Polri menjadi tumpuan harapan masyarakat. Personel Polda Sumatera Barat dibantu dukungan dari Polda Riau dan Brimob Riau terus berjibaku menembus medan yang sulit. Mereka mengangkut korban, menyalurkan logistik, hingga mendirikan beberapa posko darurat.

Sampai hari kelima pascabencana, Bupati Agam maupun Gubernur Sumatera Barat belum terlihat di lokasi terdampak. Ketidakhadiran tersebut membuat warga merasa ditinggalkan di tengah situasi yang menuntut kepastian dan dukungan moral.

“Kalau makan dan minum sudah dibantu bapak-bapak polisi. Tapi baju kami habis semua, tinggal yang dipakai,” ujar Ilham, pengungsi yang kini bertahan bersama keluarganya di posko darurat.

Ia menyebutkan, pakaian layak, selimut, susu anak, dan popok merupakan kebutuhan paling mendesak. Cuaca dingin pada malam hari membuat anak-anak pengungsi rentan mengalami gangguan kesehatan.

Di posko, anak-anak dan lansia tidur beralaskan tikar tipis. Sebagian dapur umum hanya mengandalkan peralatan darurat dan stok logistik yang belum mencukupi kebutuhan seluruh pengungsian.

Proses pencarian korban juga masih berlangsung. Dari laporan tim evakuasi, masih ada jenazah yang ditemukan tertimbun material lumpur dan reruntuhan bangunan. Beberapa korban bahkan terseret hingga puluhan meter dari rumah mereka.

Situasi ini membuat warga menagih rasa tanggung jawab pemerintah. Mereka meminta langkah nyata berupa pendampingan, distribusi bantuan yang lebih teratur, dan kepastian mengenai pemulihan kehidupan mereka ke depan.

“Yang kami butuhkan bukan hanya makanan. Kami butuh kepastian, perhatian, dan kehadiran pemerintah,” tegas Ilham.

Hingga kini, masyarakat berharap pemerintah daerah segera turun langsung ke lokasi untuk memberikan keputusan dan tindakan nyata, bukan sekadar laporan situasi dari jauh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *