Peristiwa

Jenazah Tak Utuh dan Tanpa Identitas, Warga Agam Lakukan Pemakaman Massal

7
×

Jenazah Tak Utuh dan Tanpa Identitas, Warga Agam Lakukan Pemakaman Massal

Sebarkan artikel ini
Deretan nisan sederhana menjadi tanda istirahat terakhir puluhan korban bencana. (G45/net).

AGAM | Garda45.com – Kuburan massal berdiri di tengah puing dan lumpur sisa terjangan banjir bandang dan longsor yang meluluhlantakkan Kampung Tengah, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Tanah yang semula kosong itu kini menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi puluhan korban yang nyawanya direnggut bencana dasyat tersebut.

Tanpa menunggu fasilitas memadai, warga bertahan dengan kemampuan seadanya. Mereka menggali, menata, dan memakamkan tetangga serta keluarga mereka secara bergantian, di tengah ancaman bau jenazah yang mulai menyengat dan risiko penyakit.

Sejak Sabtu (29/12/2025), pemakaman darurat berlangsung tanpa henti. Hingga Kamis (4/12/2025), sedikitnya 33 jenazah telah dimakamkan dalam liang lahat massal. Proses pencarian masih berjalan di titik-titik yang tertimbun material tebal, sehingga jumlah korban masih mungkin terus bertambah.

Keterbatasan ruang dan kondisi jasad membuat satu liang lahat menampung banyak jenazah sekaligus.

“Ada yang satu lubang itu 20 jenazah. Banyak yang tidak lengkap organ tubuhnya. Ada belasan, bahkan ada yang tiga dalam satu lubang. Daripada busuk, kami kuburkan cepat,” kata Ium, salah satu warga.

Banyak korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan, terpotong, tanpa identitas, bahkan hanya bagian tubuh tertentu. Derasnya arus galodo memutilasi tubuh-tubuh malang tersebut sebelum ditemukan para relawan.

“Ada yang tinggal paha saja, ada yang kepalanya tidak ditemukan,” ujar Ium lirih.

Dua jenazah yang sama sekali tidak dapat diidentifikasi juga langsung dimakamkan. Warga dihadapkan pada kepiluan: harus memilih antara proses identifikasi yang panjang atau pencegahan penyebaran penyakit yang mengancam kehidupan para penyintas.

Di antara suara cangkul yang mengoyak tanah basah, terdengar doa lirih mengiringi setiap jasad yang diturunkan ke liang lahat. Ada yang memikul jenazah, ada yang menyiapkan kain kafan darurat, sementara lainnya berbaris mengirim doa terakhir.

Semua dilakukan dengan harapan, agar para korban tidak lagi tersakiti oleh situasi yang sudah begitu kejam.

Pemakaman massal ini menjadi babak akhir dari pencarian yang melelahkan, namun juga awal dari duka panjang bagi Kampung Tengah. Gundukan tanah di pemakaman darurat itu adalah monumen bisu; tentang keganasan alam, kehilangan yang tak terperi, dan keberanian warga yang tetap berdiri untuk menyelamatkan martabat para korban.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *