Nasional

Di Tengah Reruntuhan Agam, Polisi Bangun Ruang Tawa untuk Anak-Anak

11
×

Di Tengah Reruntuhan Agam, Polisi Bangun Ruang Tawa untuk Anak-Anak

Sebarkan artikel ini
Terlihat Personil Polda Riau Tengah Menghibur Anak Anak. (G45/humas).

AGAM | Garda45.com – Sebanyak 104 warga meninggal dunia dan 79 lainnya masih hilang akibat banjir dan longsor yang menerjang Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Di tengah duka dan keterpurukan itu, anak-anak dan perempuan menjadi kelompok paling rentan yang harus berjuang bangkit dari trauma.

Untuk itulah Polwan Polda Riau hadir membawa misi kemanusiaan. Mereka tidak hanya memastikan keamanan, tetapi juga menyembuhkan luka batin para penyintas melalui pendampingan psikososial di tenda-tenda pengungsian.

Upaya humanis itu diperkuat kolaborasi strategis bersama para akademisi. Polda Riau menggandeng Himpunan Mahasiswa Psikologi (Himpsi) dari sejumlah perguruan tinggi, membentuk tim besar pemulihan trauma dengan dukungan 42 psikolog. Tim ini dikerahkan ke titik-titik pengungsian yang tersebar, memastikan penanganan psikologis dilakukan menyeluruh.

Salah satu personel Polwan, Bripda Chelin, mengaku tak mudah menahan kesedihan ketika melihat kondisi anak-anak yang kehilangan keluarga dan rumah mereka. Namun ia sadar, di balik seragam, para polwan harus menjadi kekuatan baru bagi para penyintas.

Kami harus tegar. Cara terbaik membantu anak-anak adalah mengembalikan tawa mereka,” ujarnya, Jumat (5/12/2025).

Bersama rekan-rekannya, ia menyulap tenda pengungsian menjadi ruang bermain. Permainan seperti congklak, mewarnai, boneka tangan, tali karet hingga bola menjadi media untuk mengalihkan ketakutan pascabencana galodo yang memorak-porandakan perkampungan.

Bagi anak-anak, tawa itu bukan sekadar hiburan tetapi terapi untuk menyembuhkan trauma.

Karo Ops Polda Riau Kombes Ino Harianto menegaskan, langkah kemanusiaan ini bagian dari kepedulian polisi terhadap masyarakat Sumbar yang tertimpa musibah. Tim trauma healing dipimpin langsung Kepala SPN Polda Riau Kombes Indra Duaman, sesuai perintah Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan.

“Bencana ini meninggalkan luka mendalam. Pemulihan mental harus berjalan bersamaan dengan evakuasi dan penanganan logistik,” kata Ino.

Selain dukungan psikologis, bantuan logistik gelombang kedua juga diberangkatkan. Isinya berupa sembako, mobil tangki air bersih untuk desa terisolasi, hingga toilet portable. Alat berat buldozer pun didorong untuk membuka akses terputus.

Dalam proses identifikasi korban, Polda Riau mengirim kontainer pendingin jenazah guna menjaga jenazah yang belum teridentifikasi tetap layak hingga proses pencocokan data selesai.

Sebelumnya, 290 personel SAR Polda Riau telah diterjunkan dalam operasi pencarian dan evakuasi. Kini langkah berlanjut pada pemulihan psikologis—tahap penting yang sering luput dalam penanganan bencana.

Kehadiran Polwan dan tim psikolog ini menandai bahwa tugas kepolisian bukan hanya soal hukum, tetapi turut berdiri di garis depan kemanusiaan. Mereka ada untuk memastikan masyarakat bangkit, bukan hanya selamat.

Di Palembayan, di antara puing-puing dan air mata, tawa anak-anak kembali terdengar—dan itulah kemenangan pertama dalam perjuangan panjang menuju pemulihan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *