Ajang Bujang Dara Bengkalis Diduga Tipu Ratusan Peserta, Panitia Digiring ke Polisi

Bengkalis, Garda45.com – Malam yang semestinya menjadi ajang kebanggaan bagi muda-mudi Bengkalis berubah ricuh. Sabtu malam, 25 Oktober 2025, suasana Gedung Cik Puan mendadak panas ketika puluhan peserta dan orang tua meluapkan emosi usai mengetahui ajang “Pemilihan Bujang Dara Bengkalis 2025” ternyata tidak memiliki izin resmi dari pemerintah daerah.

Kemarahan itu beralasan. Berdasarkan keterangan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disparbudpora) Bengkalis, kegiatan tersebut tidak pernah terdaftar secara resmi. “Panitia memang pernah datang untuk audiensi, tapi tidak pernah melengkapi berkas perizinan,” kata seorang pejabat dinas yang enggan disebutkan namanya.

Padahal, sejak awal panitia mengklaim ajang itu sebagai program resmi pencarian duta wisata daerah. Bahkan peserta telah diminta membayar biaya pendaftaran Rp100 ribu per orang dengan janji karantina, pelatihan, dan malam puncak yang meriah. Namun yang terjadi, acara justru berakhir dengan pelantikan pengurus tanpa seremoni seperti yang dijanjikan.

Sekitar 150 pasangan peserta merasa tertipu. “Kami sudah keluar banyak untuk kostum, rias, dan transportasi. Tapi hasilnya nihil,” ujar Santi, salah satu peserta, dengan nada kesal.

Ketika kabar soal ketiadaan izin beredar di lokasi, suasana langsung memanas. Sejumlah orang tua mendesak panitia memberi klarifikasi.

Namun panitia tampak panik dan tidak mampu menenangkan situasi. Suara protes menggema di dalam gedung hingga akhirnya ketua panitia digiring ke Polres Bengkalis untuk dimintai keterangan terkait dugaan pungutan tanpa dasar hukum.

Hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian belum memberikan keterangan resmi. Namun sejumlah peserta telah membuat laporan atas dugaan penipuan dan penggelapan biaya pendaftaran.

Sementara itu, Disparbudpora Bengkalis menegaskan akan berkoordinasi dengan aparat penegak hukum untuk menindaklanjuti kasus tersebut.

“Kami tidak ingin ada pihak yang memanfaatkan nama kegiatan resmi pemerintah untuk kepentingan pribadi,” ujar pejabat dinas itu.

Gedung Cik Puan kini menyisakan cerita pahit. Panggung yang seharusnya menjadi tempat apresiasi generasi muda justru berubah menjadi simbol kekecewaan atas lemahnya pengawasan dan tanggung jawab penyelenggara kegiatan publik.**

Komentar